Rabu, 14 Januari 2009

JANJI DOKTER

KAMBING BLASTERAN

Setelah genap dua tahun hidup dipenjara, Mang Ohim nampak ceria ketika meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan walau tanpa ada satupun keluarganya yang menjemput.

Setibanya di rumah suasana nampak sepi, padahal sepanjang perjalanan dia sudah membayangkan akan serunya pertempuran di ranjang dengan sang istri yang sudah dua tahun tidak pernah disentuhnya.

Mungkin anak dan istrinya sedang ke sawah atau ke ladang pikir Mang Ohim. Dan sambil menunggu kedatangan mereka Mang Ohim berjalan mengitari rumah hingga langkahnya berhenti di kandang kambing di belakang rumahnya.

Lama menatap kambing betina yang sudah cukup besar dan mulus serta gejolak birahinya yang sudah tidak tertahankan lagi maka?..gudubag gedebug diembatnya tuh kambing. Nekat juga nih Mang Ohim.

Singkat cerita, tak lama kemudian tuh kambing jadi bunting tua, mau ngelahirin tinggal hitungan hari.

Ada sedikit kecemasan dipikiran Mang Ohim, khawatir anak kambing yang bakal lahir merupakan blasteran Kambing-Manusia alias Kamsia.

Akhirnya siang malam Mang Ohim tidak pernah jauh dari kandang kambing. Dan pada suatu siang, saat Mang Ohim sendirian rupanya tuh kambing mulai ngeden-ngeden mo ngelahirin.

Sambil diliputi rasa cemas Mang Ohim memperhatikan terus proses kelahiran tuh kambing. Pertama keluar kepala sedikit demi sedikit ? dan ternyata utuh kepala kambing, Mang Ohim agak lega dikit, kemudian nampak kaki depan ?. kaki kambing juga. Badannya ?? ? badan kambing juga.

Yang terahir agak bikin was-was Mang Ohim, jangan-jangan kaki belakangnya yang mirip manusia, dan ternyata ? kaki kambing juga. Mang Ohim senangnya bukan main, ?lega aku..? ujarnya sambil meninggalkan kandang kambing. Tapi baru beberapa langkah tiba-tiba anak kambing teriak ?Ayaaaah?.?

JANJI DOKTER

Endrin menemui dokter spesialis kelamin untuk berkonsultasi soal keluhannya. ?Dok, saya punya masalah, tapi Dokter harus janji dulu untuk tidak tertawa yah??

?Tenang. Saya janji tidak akan tertawa. Itu melanggar sumpah kedokteranku, ? jawab dokter bersahaja.

Endrin langsung menurunkan celananya, burungnya ternyata kecil sekali, mungkin diameternya hanya sebesar pensil 2B. Melihat ?barang? yang hanya seadanya itu, dokter tak kuat menahan tawanya? dia tertawa terpingkal-pingkal, sampai berguling-guling dilantai.

Kira-kira lima menit, baru dia dapat mengendalikan emosinya. ?Maaf Mas. Hhh.. hh.. Saya kelepasan. Saya janji tidak akan tertawa lagi. Nah, sekarang masalah Saudara apa?? kata dokter, berjuang keras menyembunyikan sisa tawanya.

?Janji Dok ya, dokter tidak akan tertawa lagi,? pinta Endrin.

Karena merasa sudah mengingkari janji pada pasiennya, sang Dokter kembali berjanji di depan Endrin, ?Baiklah saya tidak akan tertawa, kalau tertawa kamu boleh pukul saya!?

Endrin mulai ngomong dengan nada sedih, ?Begini Dok, burung saya sudah tiga hari ini bengkak kayak begini??

Dokter : ?HUAAAAAAAAAA? HA..HA..HA. .HA..HA.. HA..HA..HI? H I..HI..HI?
Endrin :?Buk?Bux, buk?.

Tidak ada komentar: