Rabu, 14 Januari 2009

10 Push up Perhari

Ada seorang Profesor mata kuliah Religi yang bernama Dr.Christianson yang
mengajar di sebuah perguruan tinggi kecil di bagian barat Amerika Serikat.
Dr. Christianson mengajar ke-Kristenan di perguruan tinggi ini dan setiap
siswa semester pertama diwajibkan untuk mengikuti kelas ini. Sekalipun Dr.
Christianson berusaha keras menyampaikan intisari Injil kepada kelasnya,
ia menemukan bahwa kebanyakan siswanya memandang materi yang diajarnya
sebagai suatu kegiatan yang membosankan. Meskipun ia sudah berusaha sebaik
mungkin, kebanyakan siswa menolak untuk menanggapi Kekristenan secara
serius.

Tahun ini, Dr. Christianson mempunyai seorang siswa yang spesial yang
bernama, Steve. Steve belajar dengan tujuan untuk melanjutkan studinya ke
seminari dan mau masuk ke dalam pelayanan. Steve seorang yang popular, ia
disukai banyak orang, dan seorang atlet yang memiliki fisik yang prima dan
ia merupakan siswa terbaik di kelas professor itu.

Suatu hari, Dr Christanson meminta Steve untuk tidak langsung pulang
setelah kuliah karena ia mau berbicara kepadanya. "Berapa push up yang
bisa kamu lakukan?" Steve menjawab, "Saya melakukan sekitar 200 setiap
malam." "200? Lumayan itu, Steve," Dr. Christianson melanjutkan. "Apakah
kamu dapat melakukan 300?" Steve menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak
pernah melakukan 300 sekaligus." "Apakah kamu pikir kamu dapat
melakukannya? " tanya Dr.Christianson. "Ok, saya bisa coba," jawab Steve.

"Saya mempunyai satu proyek di kelas dan saya memerlukan kamu untuk
melakukan 10 push up setiap kali, tapi sebanyak 30 kali, jadi totalnya
300. Dapatkah kamu melakukannya? " tanya sang profesor. Steve menjawab,
"Baiklah, saya pikir saya bisa. Ok, saya akan melakukannya. " Dr
Christianson berkata, "Bagus sekali! Saya memerlukan Anda untuk
melakukannya Jumat ini." Dr Christianson menjelaskan kepada Steve apa yang
ia rencanakan untuk kelas mereka pada Jumat itu.

Pada hari Jumat, Steve datang awal ke kelas dan duduk di bagian depan
kelas. Saat kelas bermula, sang profesor mengeluarkan satu kotak besar
donut. Bukan donut yang biasa tetapi yang besar dan yang punya krim di
tengah-tengah. Setiap orang sangat bersemangat karena kelas itu merupakan
kelas terakhir pada hari itu dan mereka bisa menikmati akhir pekan mereka
setelah pesta di kelas Dr Christianson.

Dr. Christianson pergi ke baris pertama dan bertanya, "Cynthia, apakah
kamu mau salah satu dari donut ini?" Cynthia menjawab, "Ya". Dr.
Christianson lalu berpaling kepada Steve, "Steve, apakah kamu mau
melakukan 10 push up agar Cynthia bisa mendapatkan donut ini?" "Tentu
saja!" Steve lalu melompat ke lantai dan dengan cepat melakukan 10 push
up. Lalu Steve kembali ke tempat duduknya. Dr.Christianson meletakkan satu
donut di meja Cynthia.

Dr. Christianson lalu pergi siswa selanjutnya, dan bertanya, "Joe, apakah
kamu mau suatu donut?" Joe berkata, "Ya." Dr. Christianson bertanya,
"Steve, maukah kamu melakukan 10 push up supaya Joe bisa mendapatkan
donutnya?"

Steve melakukan 10 push up, dan Joe mendapatkan donutnya. Begitulah
selanjutnya, di baris yang pertama. Steve melakukan 10 push up untuk
setiap orang sebelum mereka mendapatkan donut mereka. Di baris yang kedua,
Dr. Christianson berhadapan dengan Scott. Scott seorang pemain basket, dan
fisiknya sekuat Steve. Ia juga seorang yang sangat popular dan punya
banyak teman wanita.

Saat profesor bertanya, "Scott apakah kamu mau donut?" Jawaban Scott
adalah, "Baiklah, bisakah saya melakukan push up saya sendiri?" Dr.
Christianson berkata, "Tidak, Steve harus melakukannya. " Lalu Scott
berkata, "Kalau begitu, saya tidak mau donutnya." Dr. Christianson
mengangkat bahunya dan berpaling kepada Steve dan meminta, "Steve, apakah
kamu mau melakukan 10 push up agar Scott bisa mendapatkan donut yang tidak
ia kehendaki?" Dengan ketaatan yang sempurna Steven mulai melakukan 10
push up. Scott berteriak, "HEI! Saya sudah berkata, saya tidak
menginginkannya! " Dr Christianson berkata, "Lihat di sini! Ini kelas saya
dan semuanya ini donut saya. Biarkan saja di atas meja jika kamu tidak
menginginkannya. " Ia lalu menempatkan satu donut di atas meja Scott.

Di waktu ini, Steve sudah mulai melakukan push up dengan agak perlahan. Ia
hanya duduk di lantai saja karena terlalu capek untuk kembali ke tempat
duduknya. Ia mulai berkeringat. Dr. Christianson mulai di baris ketiga.
Para siswa sudah mulai merasa marah. Dr Christianson bertanya kepada
Jenny, "Jenny, apakah kamu mengingikan donut ini?" Dengan tegas Jenny
menjawab, "Tidak." Lalu Dr. Christianson bertanya Steve, "Steve, maukah
kamu melakukan 10 push up lagi agar Jenny bisa mendapatkan donut yang
tidak ia mau?"

Steve melakukan 10 push up dan Jenny mendapatkan satu donut. Ruang sudah
mulai dipenuhi oleh rasa tidak nyaman. Para siswa sudah mulai
berkata,"Tidak! " dan semua donut dibiarkan di atas meja tanpa ada yang
memakannya. Steve sudah kelelahan dan harus berusaha keras untuk tetap
terus melakukan push up untuk setiap donut itu. Lantai tempat ia melakukan
push up sudah dibasahi keringatnya dan lengannya sudah mulai kemerahan.Dr
Christianson bertanya kepada Robert, seorang ateis yang paling lantang
suaranya kalau berdebat di kelas, apakah ia mau membantu untuk memastikan
bahwa Steve tidak curang dan tetap melakukan 10 push up untuk setiap donut
karena dia sendiri sudah tidak sanggup melihat Steve melakukan push upnya.


Dr. Christianson sudah sampai ke baris ke-empat sekarang. Dan beberapa
siswa dari kelas yang lain yang sudah bergabung di kelas itu dan mereka
duduk di tangga. Saat profesor menghitung kembali, ternyata ada 34 siswa
sekarang di kelas. Ia mulai khawatir apakah Steve dapat melakukannya. Dr.
Christianson melanjutkan dari satu siswa ke siswa yang selanjutnya sampai
ke akhir baris itu. Dan Steve sudah mulai bergumul. Ia membutuhkan lebih
banyak waktu untuk menyelesaikan push up-nya. Steve bertanya kepada Dr.
Christianson, "Apakah hidung saya harus menyentuh lantai untuk setiap push
up yang saya lakukan?" Dr.Christianson berpikir sejenak dan berkata,
"Semuanya ini push up kamu. Kamu yang pegang kendali. Kamu bisa melakukan
apa saja yang kamu mau." Dan Dr. Christianson melanjutkan ke siswa yang
selanjutnya.

Beberapa saat kemudian, Jason, seorang siswa dari kelas lain dengan santai
mau masuk ke kelas, dan sebelum ia melangkahi masuk, seluruh kelas
berteriak serentak, "JANGAN! Jangan masuk! Kamu berdiri di luar saja!"
Jason kaget karena ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Steve mengangkat
kepalanya dan berkata, "Tidak, biarkan dia masuk."

Professor Christianson berkata, "Kamu sadar bahwa jika Jason masuk, kamu
harus melakukan 10 push up untuk dia?"

Steve berkata, "Ya, biarkan dia masuk. Berikan donut kepadanya."
Dr.Christianson berkata, "Ok Steve. Jason, kamu mau donut?" Jason yang
baru masuk ke kelas dan tidak tahu apa-apa menjawab, "Ya, tentu saja,
berikan saya donut."

Steve melakukan 10 push up dengan sangat perlahan dan bersusah payah.
Jason yang kebingungan diberikan satu donut. Dr. Christianson sudah
selesai dengan baris ke-empat dan mulai ke tempat siswa-siswa dari kelas
lain yang duduk di tangga.

Tangan Steve sudah mulai gemetaran dan ia harus bergumul untuk mengangkat
dirinya melawan tarikan gravitas. Di waktu ini, keringatnya bercucuran,
dan tidak kedengaran apa-apa kecuali bunyi nafasnya yang kencang. Mata
setiap orang di kelas itu mulai basah. Dua siswa terakhir adalah dua siswa
perempuan yang sangat popular, Linda dan Susan.

Dr. Christianson pergi ke Linda, "Linda, apakah kamu mau donut?" Linda
dengan sedih berkata, "Tidak, terima kasih"

Professor Christianson dengan perlahan bertanya, "Steve, maukah kamu
melakukan 10 push up supaya Linda bisa mendapatkan donut yang tidak ia
mau?" Dengan pergumulan yang berat, Steve dengan perlahan melakukan
push-up untuk Linda. Lalu Dr Christianson berpaling kepada siswa yang
terakhir,Susan. "Susan, kamu mau donut ini?" Susan dengan air mata yang
berlinangan di pipinya mulai menangis. "Dr Christianson, mengapa saya
tidak boleh membantunya? "

Dr. Christianson, dengan mata yang berkaca-kaca berkata, "Tidak, Steve
harus melakukannya sendiri; saya telah memberinya tugas itu dan ia
bertanggungjawab untuk memastikan setiap orang mempunyai kesempatan untuk
mendapat donut itu, tidak kira apakah mereka menginginkannya atau tidak.
Hanya Steve seorang saja yang mempunyai nilai yang sempurna. Setiap orang
telah gagal dalam ujian mereka, mereka entah bolos kelas atau memberikan
saya tugas yang di bawah standar. Steve memberitahu saya di latihan
football, saat seorang pemain buat salah, ia harus buat push up. Saya
memberitahu Steve bahwa tidak seorang pun dari kalian yang boleh datang ke
pesta saya melainkan ia membayar harga dengan melakukan push up bagi
kalian. Steve dan saya telah membuat perjanjian demi kalian semua."

"Steve, maukah kamu membuat 10 push up supaya Susan bisa mendapatkan
donut?" Steve dengan sangat perlahan melakukan 10 push up yang
terakhirnya. Ia tahu ia sudah menyelesaikan semua yang harus dia lakukan.
Secara total, Steve telah melakukan 350 push up, tangannya tidak tahan
lagi dan ia jatuh tersungkur ke lantai. Dr. Christianson lalu berpaling ke
kelas dan berkata, "Dan, demikianlah, Juru Selamat kita, Yesus Kristus, di
atas kayu salib, ia telah melakukan semua yang dibutuhkan olehnya. Ia
menyerahkan semuanya. Dan seperti mereka yang ada di ruangan ini, banyak
di antara kita yang membiarkan hadiah itu begitu saja di atas meja, sama
sekali tidak kita jamah."

Dua siswa mengangkat Steve dari lantai untuk duduk di kursi, walaupun
sangat lelah secara fisik, Steve tersenyum bahagia. "Engkau sudah berbuat
dengan baik, hambaku yang baik dan setia," kata professor dan ia
menambahkan, "Tidak semua khotbah disampaikan dengan kata-kata."
Berpaling kepada kelas, profesor berkata, "Harapan saya adalah kalian
dapat memahami dan sepenuhnya mengerti akan semua kekayaan kasih karunia
dan rahmat yang telah diberikan kepada kalian lewat pengorbanan Yesus
Kristus. Allah tidak menyayangkan putra satu-satu-Nya, tetapi menyerahkan
dia untuk kita semua. Apakah kita memilih untuk menerima menolak
karunia-Nya, harganya sudah lunas dibayar."

"Apakah kita akan menjadi orang yang bodoh dan yang tidak bersyukur dengan
meninggalkan hadiah itu di atas meja?"

Tidak ada komentar: